1. Kecepatan potong (Cutting speed – Cs )
Yang dimaksud dengan kecepatan potong (Cs) adalah kemampuan alat potong menyayat bahan dengan aman menghasilkan tatal dalam satuan panjang/waktu (meter/menit atau feet/ menit). Ilustrasi kecepatan potong pada proses pembubutan, dapat dilihat pada (Gambar 4.1)
| ||
Pada gerak putar seperti mesin bubut, kecepatan potongnya (Cs) adalah: Keliling lingkaran benda kerja (π.d) dikalikan dengan putaran atau : Cs = π.d.n Meter/menit.
Keterangan:
d : diameter benda kerja (mm) n : putaran mesin/benda kerja (putaran/menit - Rpm) π : nilai konstanta = 3,14 Kecepatan potong untuk berbagai macam bahan teknik yang umum dikerjakan pada proses pemesinan, sudah diteliti/diselidiki para ahli dan sudah dipatenkan lihat tabel 4.1 kecepatan potong. Sehingga dalam penggunaannya tinggal menyesuaikan antara jenis bahan yang akan dibubut dan jenis alat potong yang digunakan. Sedangkan untuk bahan-bahan khusus/spesial, tabel Cs-nya dikeluarkan oleh pabrik pembuat bahan tersebut. Pada tabel kecepatan potong (Cs) juga disertakan jenis bahan alat potongnya. Yang pada umumnya, bahan alat potong dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu HSS (High Speed Steel) dan karbida (carbide). Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa dengan alat potong yang bahannya karbida, kecepatan potongnya lebih besar jika dibandingkan dengan alat potong HSS (Tabel 4.1). | ||
Tabel 4.1. Kecepatan Potong Bahan
Bahan
|
Pahat BubutHSS
|
Pahat Bubut Karbida
| ||
m/men
|
Ft/min
|
M/men
|
Ft/min
| |
Baja lunak(Mild Steel)
|
18 - 21
|
60 - 70
|
30 - 250
|
100 - 800
|
Besi Tuang(Cast Iron)
|
14 - 17
|
45 - 55
|
45 - 150
|
150 - 500
|
Perunggu
|
21 - 24
|
70 - 80
|
90 - 200
|
300 - 700
|
Tembaga
|
45 - 90
|
150 - 300
|
150 - 450
|
500 - 1500
|
Kuningan
|
30 - 120
|
100 - 400
|
120 - 300
|
400 - 1000
|
Aluminium
|
90 - 150
|
300 - 500
|
90 - 180
|
a.- 600
|
2. Kecepatan Putaran Mesin Bubut (Revolution Per Menit - Rpm)
Yang dimaksud kecepatan putaran mesin bubut adalah, kemampuan kecepatan putar mesin bubut untuk melakukan pemotongan atau penyayatan dalam satuan putaran/menit. Maka dari itu untuk mencari besarnya putaran mesin sangat dipengaruhi oleh seberapa besar kecepatan potong dan keliling benda kerjanya. Mengingat nilai kecepatan potong untuk setiap jenis bahan sudah ditetapkan secara baku, maka komponen yang bisa diatur dalam proses penyayatan adalah putaran mesin/benda kerjanya. Dengan demikian rumus dasar untuk menghitung putaran mesin bubut adalah:
Cs = π.d.n / 1000 (Meter/menit)
Karena satuan kecepatan potong (Cs) dalam meter/menit sedangkan satuan diameter benda kerja dalam milimeter, maka satuannya harus disamakan terlebih dahulu yaitu dengan mengalikan nilai kecepatan potongnya dengan angka 1000 mm. Maka rumus untuk putaran mesin menjadi;
Keterangan :
d : diameter benda kerja (mm) Cs : kecepatan potong (meter/menit) π : nilai konstanta = 3,14 | ||
Contoh 1 : Sebuah baja lunak berdiameter 62 mm, akan dibubut dengan kecepatan potong (Cs) 25 meter/menit. Pertanyaannya adalah: Berapa besar putaran mesinnya ? Jawaban : Jadi kecepatan putaran mesinnya adalah sebesar 128,415 putaran per-menit | ||
Contoh 2 : Sebuah baja lunak berdiameter 2,5 inchi, akan dibubut dengan kecepatan potong (Cs) 20 meter/menit. Pertanyaannya adalah; Berapa besar putaran mesinnya ? Jawaban : Satuan inchi bila dijadikan satuan mm harus dikalikan 25,4 mm. Dengan demikian diamter 2 inchi = 2,5 x 25,4 = 63,5 mm.
Maka putaran mesinnya adalah;
Jadi putaran mesinnya adalah sebesar 100,305 putaran per-menit
Hasil perhitungan di atas pada dasarnya sebagai acuan dalam menyetel putaran mesin agar sesuai dengan putaran mesin yang tertulis pada tabel yang ditempel di mesin tersebut. Artinya, putaran mesin aktualnya dipilih dalam tabel pada mesin yang nilainya paling dekat dengan hasil perhitungan di atas. Untuk menentukan besaran putaran mesin bubut juga dapat menggunakan tabel yang sudah ditentukan berdasarkan perhitungan empiris.
| ||
3. Kecepatan Pemakanan (Feed - F)
Kecepatan pemakanan atau ingsutan ditentukan dengan mempertimbangkan beberapa faktor, diantaranya: kekerasan bahan, kedalaman penyayatan,sudut-sudut sayat alat potong, bahan alat potong, ketajaman alat potong dan kesiapan mesin yang akan digunakan. Kesiapan mesin ini dapat diartikan, seberapa besar kemampuan mesin dalam mendukung tercapainya kecepatan pemakanan yang optimal. Disamping beberapa pertimbangan tersebut, kecepatan pemakanan pada umumnya untuk proses pengasaran ditentukan pada kecepatan pemakanan tinggi karena tidak memerlukan hasil pemukaan yang halus (waktu pembubutan lebih cepat), dan pada proses penyelesaiannya/finising digunakan kecepatan pemakanan rendah dengan tujuan mendapatkan kualitas hasil penyayatan yang lebih baik sehingga hasilnya halus (waktu pembubutan lebih cepat).
Besarnya kecepatan pemakanan (F) pada mesin bubut ditentukan oleh seberapa besar bergesernya pahat bubut (f) dalam satuan mm/putaran dikalikan seberapa besar putaran mesinnya dalam satuan putaran. Maka rumus untuk mencari kecepatan pemakanan (F) adalah ;
F = f x n (mm/menit).
Keterangan: f = besar pemakanan atau bergesernya pahat (mm/putaran) n = putaran mesin (putaran/menit) | ||
Contoh 1: Sebuah benda kerja akan dibubut dengan putaran mesinnya 750 putaran/menit dan besar pemakanan (f) 0,2 mm/putaran. Pertanyaannya adalah; Berapa besar kecepatan pemakanannya ? Jawaban : F = f x n F = 0,2 x 750 = 150 mm/menit. Pengertiannya adalah; pahat bergeser sejauh 150 mm, selama satu menit. | ||
Contoh 2: Sebuah benda kerja berdiameter 40 mm, akan dibubut dengan kecepatan potong (Cs) 25 meter/menit dan besar pemakanan (f) 0,15 mm/ putaran. Pertanyaannya adalah: Berapa besar kecepatan pemakanannya ? Jawaban :
F = f x n
F = 0,15 x 199 = 29,85 mm/menit. Pengertiannya adalah, pahat bergeser sejauh 29,85 mm, selama satu menit. | ||
4. Waktu Pemesinan Bubut (tm)
Dalam membuat suatu produk atau komponen pada mesin bubut, lamanya waktu proses pemesinannya perlu diketahui/dihitung. Hal ini penting karena dengan mengetahui kebutuhan waktu yang diperlukan, perencanaan dan kegiatan produksi dapat berjalan lancar. Apabila diameter benda kerja, kecepatan potong dan kecepatan penyayatan/ penggeseran pahatnya diketahui, waktu pembubutan dapat dihitung.
| ||
1.
| Waktu Pemesinan Bubut Rata | |
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pemesinan bubut adalah, seberapa besar panjang atau jarak tempuh pembubutan (L) dalam satuan mm dan kecepatan pemakanan (F) dalam satuan mm/menit. Pada gambar dibawah menunjukkan bahwa, panjang total pembubutan (L) adalah panjang pembubutan rata ditambah star awal pahat (ℓa), atau: L total= ℓa+ ℓ (mm). Untuk nilai kecepatan pemakanan (F), dengan berpedoman pada uraian sebelumnya F= f.n (mm/putaran).
Gambar 4.2. Panjang pembubutan rata.
Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah diuraikan diatas, maka perhitungan waktu pemesinan bubut rata (tm) dapat dihitung dengan rumus:
L = ℓa+ ℓ (mm)
F = f.n (mm/menit)
Keterangan:
f = pemakanan dalam satau putaran (mm/put) n = putaran benda kerja (Rpm) ℓ = panjang pembubutan rata (mm) la = jarak star pahat (mm) L = panjang total pembubutan rata (mm) F = kecepatan pemakanan mm/menit | ||
Contoh soal 1:
Sebuah benda kerja dengan diameter terbesar (D) = 40 mm akan dibubut rata menjadi (d) = 30 mm sepanjang (ℓ) = 65, dengan jarak star pahat (la) = 4 mm. Data-data parameter pemesinannya ditetapkan sebagai berikut;
Putaran mesin = 500 putaran/menit, dan pemakanan mesin dalam satu putaran (f) = 0,05 mm/putaran.
Pertanyaannya adalah: Berapa waktu yang diperlukan untuk melakukan proses pembubutan rata sesuai data diatas, apabila pemakanan dilakukan satu kali pemakanan/ proses?.
Jawaban soal 1:
L = ℓa+ ℓ = 65+4 = 69 mm F = f.n = 0,05 x 500 = 25 mm/menit
Jadi waktu yang dibutuhkan untuk pembubutan rata sesuai data diatas adalah selama 2,76 menit.
| ||
Contoh soal 2 :
Sebuah benda kerja dengan diameter terbesar (D) = 30 mm akan dibubut rata menjadi (d) = 30 mm sepanjang (ℓ) = 70, dengan jarak star pahat (ℓa) = 4 mm. Data-data parameter pemesinannya ditetapkan sebagai berikut: Kecepatan potong (Cs) = 25 meter/menit, dan pemakanan mesin dalam satu putaran (f) = 0,03 mm/putaran. Pertanyaannya adalah;
Berapa waktu yang diperlukan untuk melakukan proses pembubutan rata sesuai data diatas, apabila pemakanan dilakukan satu kali pemakanan/proses?
Jawaban soal 2 :
Jadi waktu yang dibutuhkan untuk pembubutan rata sesuai data diatas adalah selama 9,308 menit.
| ||
2.
|
Waktu Pemesinan Bubut Muka (Facing)
| |
Perhitungan waktu pemesinan bubut muka pada prinsipnya sama dengan menghitung waktu pemesinan bubut rata, perbedaannya hanya terletak pada arah pemakanan yaitu melintang. Pada gambar dibawah menunjukkan bahwa, panjang total pembubutan (L) adalah panjang pembubutan muka ditambah star awal pahat (ℓa), sehingga;
Untuk nilai kecepatan pemakanan (F), dengan mengacu pada uraian sebelumnya F= f.n (mm/putaran).
Gambar 4.3. Panjang langkah pembubutan muka (facing)
Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah diuraikan diatas, maka perhitungan waktu pemesinan bubut muka (tm) dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan:
d = diameter benda kerja f = pemakanan dalam satu putaran (mm/putaran) n = putaran benda kerja (Rpm) ℓ = panjang pembubutan muka (mm) la = jarak star pahat (mm) L = panjang total pembubutan muka (mm) F = kecepatan pemakanan setiap (mm/menit) | ||
Contoh soal 1:
Sebuah benda kerja dengan diameter terbesar (D) = 50 mm akan dibubut muka dengan jarak star pahat (ℓa) = 3 mm. Data parameter pemesinannya ditetapkan sebagai berikut: Putaran mesin = 500 putaran/menit, dan pemakanan dalam satu putaran (f) = 0,05 mm/putaran. Pertanyaannya adalah: Berapa waktu yang diperlukan untuk melakukan proses pembubutan muka sesuai data diatas, apabila pemakanan dilakukan satu kali pemakanan/proses ?
Jawaban soal 1:
Jadi waktu yang dibutuhkan untuk pembubutan muka sesuai data diatas adalah selama 1,12 menit.
| ||
Contoh soal 2:
Sebuah benda kerja dengan diameter terbesar (D)= 60 mm akan dibubut muka dengan jarak star pahat (ℓa) = 3 mm. Data parameter pemesinannya ditetapkan sebagai berikut: Kecepatan potong (Cs) = 35 meter/menit, dan pemakanan dalam satu putaran (f) = 0,06 mm/putaran. Pertanyaannya adalah;
Berapa waktu yang diperlukan untuk melakukan proses pembubutan muka sesuai data diatas, apabila pemakanan dilakukan satu kali pemakanan/proses?
Jawaban soal 2:
Jadi waktu yang dibutuhkan untuk pembubutan muka sesuai data diatas adalah selama 3,405 menit.
| ||
3.
| Waktu Pengeboran Pada Mesin Bubut | |
Perhitungan waktu pengeboran pada mesin bubut, pada prinsipnya sama dengan menghitung waktu pemesinan bubut rata dan bubut muka. Perbedaannya hanya terletak pada jarak star ujung mata bornya. Pada gambar dibawah menunjukkan bahwa, panjang total pengeboran (L) adalah panjang pengeboran (ℓ) ditambah star awal mata bor (ℓa = 0,3 d), sehingga: L = ℓ + 0,3d (mm). Untuk nilai kecepatan pemakanan (F) mengacu pada uraian sebelumnya F = f.n (mm/putaran)
Gambar 4.4 . Panjang langkah pengeboran
Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah diuraikan diatas, maka perhitungan waktu pengeboran (tm) dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan :
ℓ = panjang pengeboran L = panjang total pengeboran d = diameter mata bor n = putaran mata bor (Rpm) f = pemakanan (mm/putaran) | ||
Contoh soal 1:
Sebuah benda kerja akan dilakukan pengeboran sepanjang 28 mm dengan mata bor berdiameter 10 mm. Data parameter pemesinannya ditetapkan sebagai berikut; Putaran mesin = 700 putaran/menit, dan pemakanan dalam satu putaran (f) = 0,04 mm/putaran. Pertanyaannya adalah; Berapa waktu yang diperlukan untuk melakukan pengeboran pada mesin bubut sesuai data diatas, apabila pemakanan dilakukan satu kali pemakanan/proses ?
Jawab soal 1 :
Jadi waktu yang dibutuhkan untuk pengeboran sesuai data diatas adalah selama 1,107 menit.
| ||
Contoh soal 2:
Sebuah benda kerja akan dilakukan pengeboran sepanjang 40 mm dengan mata bor berdiameter 10 mm. Data parameter pemesinannya ditetapkan sebagai berikut: Kecepatan potong (Cs) = 25 meter/menit, dan pemakanan dalam satu putaran (f) = 0,03 mm/putaran. Pertanyaannya adalah ;
Berapa waktu yang diperlukan untuk melakukan pengeboran pada mesin bubut sesuai data diatas, apabila pemakanan dilakukan satu kali pemakanan/proses ?
Jawab soal 2 :
Jadi waktu yang dibutuhkan untuk pengeboran sesuai data diatas adalah selama 1,298 menit.
|
Yuk kunjungi Mesin Waktu
ReplyDeletenice harus mengumpulkan 7 bola naga dulu baru bisa minta mesin waktu
DeleteChemical Boiler
ReplyDeleteKegunaan
- Mencegah Terjadinya Korosi Dan Karat Serta Kerak Air Pada Ketel
- Menghilangkan Keasaman Air
- Dapat Menahan Lumpur Air Sehingga Mudah Dicerat Waktu Pembuangan Air
- Bereaksi Kimiawi Dengan Kesadahan Air Dalam Ketel Dengan Membentuk Lumpur Air
Keuntungan
- Bersifat Multi Fungsi Untuk Memelihara Air Ketel, Mudah Pemakaian Dan Pengontrolannya Dengan Test Kit Yang Sederhana
- Dapat Mempertahankan Kapasitas Produksi Steam
- Dapat Memperpanjang Umur Tekhnis Ketel, Terutama Pipa-Pipanya
Boiler Water Treatment
Corrosion Inhibitor
Sulfite As Corrosion Inhibitor
Amines As Corrosion Inhibitor
Dispersant And Scale Inhibitor
Combined Dispersant And Scale Inhibitor
Sludge Dispersant And Scale Inhibitor
Dispersant Based And Scale Inhibitor
Scale Inhibitor
Corrosion And Scale Inhibitor
Kami Specialist Chemical Inovator For :
* Boiler Water Treatment
* Cooling Water Treatment
* Microbiocide
Produk istimewa dan sangat ampuh .
Mengatasi Kerak air, Korosive, Oxygen, Scavenger dan Anti Lumut.
Harga Competitive , dijamin Mutu.
HUBUNGI :
TOMMY.K
(0813-1084-9918)
Izin Share...
ReplyDelete22mm
ReplyDeleteRAHMAT TAHALU
ReplyDeleteASIIKK
DJ OPUS
ReplyDeleteRIMEX
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan solusi Chemical yang tepat kepada Anda,mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.Harga
ReplyDeleteTerjangkau
Cost saving
Solusi
Penawaran spesial
Hemat biaya Energi dan listrik
Mengurangi mikroba & menghilangkan lumut
Salam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
1.
Coagulan, nutrisi dan bakteri
Flokulan
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Garment wash
Eco Loundry
Paper Chemical
Textile Chemical
Degreaser & Floor Cleaner Plant
2.
Oli industri
Oli Hydrolik (penggunaan untuk segala jenis Hydrolik)
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
3.
Other Chemical
RO Chemical
Hand sanitizer
Evaporator
Oli Grease
Karung
Synthetic PAO.. GENLUBRIC VG 68 C-PAO
Zinc oxide
Thinner
Macam 2 lem
Alat-alat listrik
Packaging
Pallet
CAT COLD GALVANIZE COMPOUND K 404 CG
Almunium
Kalo rumus mencari diameternya gimana
ReplyDelete